Sumberenergi terbarukan dapat mengurangi pemanasan global karena merupakan alternatif bahan bakar fosil sebagai sumber energi listrik. Semakin banyak pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan, semakin berkurang porsi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas pembangkitan energi listrik, yang berkontribusi paling besar terhadap total emisi gas rumah kaca.
Mewujudkankedaulatan energi masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Oleh karena itu, arah kebijakan energi difokuskan pada konservasi energi dan diversifikasi energi. Konservasi energi berfokus meningkatkan efisiensi energi di sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial.
Banyakpula regulasi sektoral dan spesifik yang menghambat pengembangan energi terbarukan, termasuk tata ruang dan regulasi. Untuk mencapai target pemanfaatan energi terbarukan, pemerintah perlu memberikan dukungan yang intensif, tidak hanya dalam bentuk arahan dan rencana, tetapi juga harus dituangkan dalam kebijakan dan peraturan, serta dukungan sumber daya yang nyata.
Pengembanganenergi terbarukan dan efisiensi energi. PLTA Balambano, satu dari tiga PLTA yang kami kelola. Di bangun pada tahun 1995 dan mulai beroperasi pada tahun 1999. Energi dibutuhkan untuk kegiatan operasional tambang, pengangkutan material tambang, dan pengolahan di fasilitas pemurnian.
ddga. PertanyaanBagaimana usaha mempercepat pengembangan pemakaian energi listrik terbarukan dapat menghentikan pemanasan global?Bagaimana usaha mempercepat pengembangan pemakaian energi listrik terbarukan dapat menghentikan pemanasan global? ... ... PembahasanSumber energi terbarukan dapat mengurangi pemanasan global karena merupakan alternatif bahan bakar fosil sebagai sumber energi listrik. Semakin banyak pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan, semakin berkurang porsi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas pembangkitan energi listrik, yang berkontribusi paling besar terhadap total emisi gas rumah energi terbarukan dapat mengurangi pemanasan global karena merupakan alternatif bahan bakar fosil sebagai sumber energi listrik. Semakin banyak pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan, semakin berkurang porsi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas pembangkitan energi listrik, yang berkontribusi paling besar terhadap total emisi gas rumah kaca. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!1rb+fJfranklyn JojoJawaban tidak sesuai
LISTRIK telah menjadi kebutuhan dasar pembentuk peradaban. Tolok ukur kemajuan dan perubahan, salah satunya ditandai dengan kehadiran listrik yang dapat dinikmati setiap warga. Dengan mendapatkan listrik, mereka menjadi lebih produktif. Dengan mengonsumsi listrik, mereka dapat mengonversi setiap potensi yang dimiliki. Sebagai perusahaan yang ditugaskan negara untuk menghadirkan listrik, PLN terus bekerja keras untuk menerangi negeri dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Untuk mencukupi kebutuhan listrik di seluruh wilayah Indonesia, berbagai potensi sumber energi terus dimanfaatkan PLN. Sejalan dengan target pemerintah untuk mengembangkan energi, dari pembangkit EBT nasional sebesar 23% pada 2025, PLN menargetkan 100% rasio elektrifikasi, yang didorong pengembangan kapasitas pembangkit energi baru dan terbarukan EBT. PLN mengemas seluruh usaha dan kerja keras ini melalui transformasi PLN power beyond generations. Transformasi PLN ialah upaya jangka panjang untuk menyiapkan terang di masa depan. Dalam empat pilar transformasi tersebut, green menjadi salah satu pilar atau elemen untuk melakukan transformasi. Bagi PLN, penggunaan EBT sebagai sumber energi listrik, ialah bentuk keikutsertaan PLN dalam memajukan perkembangan ekonomi nasional, dengan tetap peduli pada kelestarian alam. Semangat ini tumbuh bersama keinginan, dan gerakan yang sangat kuat di dalam negeri, untuk menggunakan EBT sebagai sumber listrik. Percepatan transisi energi ke EBT juga didorong sektor industri dan bisnis, yang saat ini menyumbang terhadap 46% konsumsi energi nasional, yang memiliki target untuk melistriki fasilitas dan kegiatan operasional mereka dari sumber energi terbarukan. Percepatan dapat didorong melalui skema Renewable Energy Based Industry Development REBID. Untuk itu, inovasi terus dikembangkan PLN, baik melalui proses, dan cara produksi maupun melalui produk layanan Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate REC. REC dan investasi REC, merupakan instrumen berbasis pasar yang menyatakan pemegang sertifikat menggunakan satu MWh megawatt jam listrik, dari sumber-sumber energi terbarukan. Layanan REC hadir untuk memenuhi kebutuhan konsumen, untuk mendapat pengakuan atas penggunaan listrik dan sumber energi terbarukan. Untuk memastikan produk REC bermutu tinggi dan mengikuti standar internasional, PLN telah bekerja sama dengan beberapa mitra, termasuk dengan APX Inc, yang merupakan penyedia sistem pelacakan tracking system dengan standar internasional dan Clean Energy Investment Accelerator CEIA, suatu kemitraan inovatif publik-privat untuk mempercepat transisi menuju energi bersih, melalui penciptaan permintaan energi bersih pada sektor bisnis dan industri, pembukaan akses terhadap pembiayaan, dan penguatan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan ketersediaan energi bersih. Melalui layanan REC, pengembangan proyek-proyek energi terbarukan juga akan lebih terakselerasi yang dapat berkontribusi bagi peningkatan PDB. REC juga dapat menjadi daya tarik bagi investasi EBT di Indonesia. Para investor telah memasukkan REC sebagai opsi klaim penggunaan energi terbarukan di lokasi investasi. REC kini telah berhasil menciptakan pasar EBT di berbagai negara. Di Asia Tenggara, Singapura memulai transaksi REC pertama di akhir 2015, ketika salah satu perusahaan teknologi skala besar AS mengumumkan rencananya untuk 100% menggunakan energi bersih dalam kegiatan operasionalnya di Singapura. Bekerja sama dengan penyedia EBT lokal, perusahaan multinasional ini membeli listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik atap surya, dengan kapasitas 32 Mw yang dipasang di lebih dari 800 bangunan kota. Pada 2019, Tenaga National Berhad TNB Malaysia bekerja sama dengan APX memperkenalkan produk inovatif bernama myGReen+ dan mGATS. MyGreen+ menjadi opsi baru bagi konsumen untuk menggunakan energi hijau dan mendukung agenda pemerintahnya, untuk meningkatkan porsi penyediaan listrik dari sumber-sumber energi terbarukan ke tingkat 20% pada 2025. Menghadirkan REC kepada konsumen Poin utama dari mekanisme REC ialah menjamin sertifikat yang diterbitkan hanya dapat dihitung, dijual, dan diklaim satu kali. Sistem pelacakan melalui teknologi paltform global berstandar internasional memberikan nomor seri unik untuk setiap REC sehingga setiap transaksi atau klaim atas REC dapat diverifikasi dan dilacak secara transparan. REC diterbitkan sistem pelacakan, melalui berbagai proses verifikasi internal, seperti verifikasi data pembangkit dan data produksi. REC menjamin kemudahan bagi konsumen, baik yang sudah menjadi pelanggan maupun yang bukan pelanggan PLN. Konsumen dapat mendaftar melalui portal layanan pendaftaran pembelian REC. Setelah pemesanan dilakukan, PLN kemudian akan memproses penerbitan dan pengalihan REC kepada konsumen. Inovasi energi hijau seperti layanan REC bukan hanya berdampak bagi kemajuan perekonomian nasional, melainkan juga pada penurunan emisi dan upaya melistriki seluruh Nusantara, dengan porsi sumber energi terbarukan lebih tinggi.
› Ekonomi›Pengembangan Energi Terbarukan... Perlu ada reformasi dari sisi perencanaan, pasar ketenagalistrikan, ataupun kebijakan harga pada sektor energi agar target energi bersih tercapai. Oleh ADITYA PUTRA PERDANA 4 menit baca KOMPAS/IWAN SETIYAWANTeknisi memantau suhu serapan di atas permukaan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Cirata yang dikelola PT Pembangkitan Jawa Bali di kawasan Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis 23/9/2021.JAKARTA, KOMPAS — Upaya Indonesia dalam pengembangan energi terbarukan dinilai mesti lebih optimal, dengan terobosan serta cara-cara yang tak biasa. Hal tersebut dirasa perlu, terutama untuk bisa sejalan dengan Persetujuan Paris. Berbagai upaya penyelarasan mesti dilakukan agar target dalam menekan emisi gas rumah kaca bisa laporan Institute for Essential Services Reform IESR berjudul ”Enabling High Share of Renewable Energy in Indonesia’s Power System by 2030” yang diluncurkan secara daring, Kamis 24/11/2022, ditemukan, energi terbarukan di jaringan listrik pada tahun 2030 dapat menjadi 129 gigawatt GW. Porsi terbesar berupa pembangkit listrik tenaga surya PLTS sebesar 112,1 GW. Temuan dari kajian ini jauh lebih besar dibandingkan rencana pengembangan energi terbarukan di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL 2021-2030 yang hanya menargetkan 20,9 samping itu, bauran energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan diproyeksi mencapai 32 persen di sistem Jawa-Bali, 35 persen Sumatera, 35 persen Kalimantan, dan 51 persen Sulawesi. Sementara itu, bauran listrik dari PLTU batubara akan menurun signifikan menjadi hanya 39 persen pada itu berdasarkan skenario sistem energi Indonesia mencapai emisi nol bersih net zero emission/NZE pada 2050, yang selaras dengan target membatasi kenaikan temperatur di bawah 1,5 derajat sesuai dengan Persetujuan Paris. Pada skenario itu, pertumbuhan listrik diasumsikan mencapai 4,5 persen, ditambah permintaan dari akselerasi elektrifikasi di sektor transportasi dan industri heating.Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa pada peluncuran itu mengatakan, dari kajian itu dapat disimpulkan bahwa energi terbarukan dapat mencapai porsi besar dalam sistem energi kelistrikan di PLN pada 2030, yang mencakup Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahkan, porsinya bisa mencapai 42 persen.”Dari hasil pemodelan ini, sebenarnya tak ada masalah dengan keandalan dan juga biaya penyediaan listrik yang mengakomodasi bauran energi terbarukan. Ini sangat relevan dengan komitmen Just Energy Transition Partnership JETP yang diumumkan pada G20 di Bali, pekan lalu, yakni emisi puncak 290 juta ton CO2 dan bauran energi terbarukan minimal 34 persen pada 2030,” juga Pembiayaan Jadi Tantangan Menuju Emisi NolMenurut dia, perlu ada upaya dalam peningkatan bauran energi terbarukan dengan melihat keekonomian dari semua kandidat pembangkit secara lebih fair. Pasalnya, harga listrik dari PLTU saat ini sejatinya bukan yang sebenarnya karena masih ada kebijakan subsidi dalam pemenuhan kebutuhan domestik DMO pada batubara yang mengatakan, hal-hal seperti itu perlu diubah. ”Ini memang bukan hal sederhana, tetapi untuk mencapai NZE, kita tak bisa dengan business as usual. Perlu ada reformasi dari sisi perencanaan, pasar ketenagalistrikan, ataupun kebijaan harga pada sektor energi,” ujar dan peta jalanPower System Researcher IESR Akbar Bagaskara mengemukakan, upaya dalam mencapai target yang sejalan dengan Persetujuan Paris perlu, khususnya dalam transformasi sektor pembangkitan. Hal itu termasuk penambahan pembangkit energi terbarukan dengan mempertimbangkan kemampuan pemanfaatan storage tempat penyimpan daya hingga memperbolehkan operasi PLTU secara fleksibel bisa dilakukan sebagai antisipasi ketergantungan terhadap cuaca pada energi terbarukan. ”Untuk memberi ruang penetrasi masif dan mengurangi emisi, pensiun dini PLTU perlu dipertimbangkan dan telah tertuang dalam Perpres Nomor 112 Tahun 2022,” PLTU Ia menambahkan, regulasi yang mengatur pola operasi fleksibel dari PLTU juga diperlukan. Regulasi dan peta jalan yang jelas juga dibutuhkan dalam mendukung upaya peningkatan energi terbarukan, termasuk industri panel surya solar PV.EVP Energy Transition PT Perusahaan Listrik Negara Persero Kamia Handayani menuturkan, ada perbedaan angka permintaan antara yang tertuang dalam RUPTL 2021-2030 yang di atas 400 terawatt jam TWh dan laporan dari IESR sekitar 700 TWh. Selisih itu bisa diisi dengan energi terbarukan, tetapi PLN akan fokus pada pertumbuhan permintaan lebih kompatibilitas dengan Persetujuan Paris, yakni pembatasan kenaikan temperatur 1,5 derajat celsius, kata Kamia, perlu diakui RUPTL 2021-2030 belum selaras sepenuhnya. ”Namun, perlu dilihat juga apakah skenario dalam laporan ini juga sudah kompatibel. Karena pada joint statement di G20 lalu, target emisi puncak adalah 290 juta ton CO2 pada 2030,” ini, Indonesia sudah memutakhirkan target Nationally Determined Contribution NDC menjadi lebih ambisius dengan Enhanced NDC ENDC. Pada 2030, penurunan emisi ditargetkan 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan juga Pendanaan Harus Transparan dan Akuntabel EditorMUHAMMAD FAJAR MARTA